Jumat, 10 Juli 2009

Berbagi.. -based on true story ^^


Indahnya berbagi.. Sehabis isya' malam tadi aq udah janjian mbantuin temen yang pindahan dari kost ke kompleks rumah dinas. Singkatnya setelah semua selesai pindahannya. Qta nyari warung untuk makan malem karena sudah lapar juga. Akhirnya kita menuju warung bebek Rahayu. Karena sudah malem, warung itu tidak seramai kalo siang. Di pojok ada 4 orang yang duduk di sebelah kiri dan hampir menyelesaikan makan malamnya. Dan aq pun duduk di meja sebelah sisi kanan.
Seperti biasa kami pesan makanan, dan akhirnya makanan pun tiba. Aq pun menikmati tempe goreng khas situ sama es jeruknya. Dan tiba-tiba.. Di depan warung ada bapak yang tua, dengan muka yang murung dan kelaparan, dengan jaket item yang lusuh, celana yang berlubang, serta sepatu yang kucel juga. Bapak itu ragu-ragu mo masuk warung, aq melihatnya langsung karena duduk ku menghadap keluar. Dan bapak itu berbicara yang tidak aku pahami, karena menggunakan bahasa Bugis. Tapi aq bisa menangkap maksud bapak itu, bahwa dia kelaparan dan ndak punya uang untuk beli makanan, dan kaya sudah lama tidak makan. Dengan wajah sangat memelas dan sudah nampak mau nangis.
Akhirnya bapak itu memberanikan diri masuk warung, dan langsung menangis mungkin karena menahan laparnya dan langsung menuju ke meja rombongan itu tadi. Bapak itu langsung mendatangi meja tersebut dan meminta nasi yg sudah hampir pada selesai makannya. Bapak itu karena sangking laparnya langsung mengambil tempat nasi yang ada di depan meja keempat orang tersebut. Tapi keempat orang itu karena sudah habis makanannya, hanya tinggal nasi saja dan merasa ga enak memberikannya kepada bapak itu. Tapi karena sangking laparnya bapak itu ngotot untuk meminta nasi tersebut, sambil merebut tempat nasinya. Namun mbak yg salah satu rombongan itu tadi malah memberikan uang yang cukup banyak untuk membeli makanan di warung itu. Tapi gak tahu kenapa, tiba-tiba bapak itu tidak mau mengambil uang itu dan malah mundur duduk di meja belakang malah sambil menangis menahan laparnya. Ketika dia sedang menangis itu, langsung saja aq anterin sepiring nasi, semangkuk sayur dan sebungkus krupuk yang belum aq makan aq taruh di depan mejanya. Dan yang membuatku trenyuh dan terharu.. Langsung bapak itu merasa sangat berterima kasih, tidak henti-hentinya bapak itu mengucapkan Alhamdulillah dan sampe membaca Ayat Kursi segala. Dan bapak itu bilang: “Terima kasih banyak ya nak..” . Nyezzz... Rasa haru dan trenyuhku mulai membuncah, dan aq masih berusaha menahan air mata ini. Saya kemudian mempersilahkan makan, tanpa ba bi bu, karena sangking laparnya bapakk itu langsung menghabis makanannya dengan penuh sangat lahap. Aku makin tidak kuasa, namun aq berusaha menahan itu karena “isin” ma teman. Bapak itu makan makanannya sambil ngobrol yang ndak jelas ngrasani rombongan itu tadi. Ndak tau kenapa, meski menurut saya tidak salah juga rombongan itu tadi dan berusaha membantu bapaknya. Dan setelah usai bapak itu makan masih mengucapkan makasih dan mendatangi mejaku, dan uang Rp. 1000 yang ada di meja yang dikeluarkan teman (bayangkan hanya seribu), langsung aq kasihkan ke bapak itu. Langsung bapak itu menyalami tangan saya dan mencium tangan saya. Sambil mengucapkan terima kasih dan mendoakan kebaikan untuk saya. Huaaaaaaaaaaaa.... Makin membuncah rasa trenyuhku, berusaha sekuat mungkin aq menahan trenyuh ini tidak berbuah air mata. Dan akhirnya bapak itu pamitan dan keluar dari warung entah mo melanjutkan perjalanan ke mana.

Akupun nganterin teman pulang ke rumah, dan langsung saja aq pulang, dan sepanjang jalan pulang aq tidak kuasa untuk tidak tergugu dan tersedu-sedu. Mengalir deras semuanya. Aku hanya berpikir, betapa tidak bersyukurnya aku selama ini. Bapak tadi hanya karena sesuap nasi dan sangking laparnya sampe merebut “sisa makanan” dari rombongan tadi. Sungguh saya bersyukur mendapatkan sebuah kisah yg menrenyuhkan ini. Dan juga, sebenarnya pada dasarnya manusia siapapun itu membutuhkan perasaan untuk “diuwongke” ato dimanusiakan seperti bapak itu tadi, pada dasarnya dia hanya butuh nasi untuk mengganjal perutnya karena sangking laparnya, bukan uang yg dibutuhkan saat dia “lapar sekali”, meski uang itu lebih.
Terimakasih Ya Robb, yang telah menunjukan sebuah kisah hidup yang sangat berarti, dan semoga Engkau slalu menganugrahkan kebaikan untuk orang lain lewat diri ini. Biar menjadi pemberat amal di Hari Akhir nanti..

Tidak ada komentar: